Iklan 2
TruebusNews - Salah satu topik yang paling sering ditanyakan oleh pembaca yang menelepon atau mengirim email ke saya adalah bagaimana cara membuat media tanam untuk tabulampot ?, beberapa di antara mereka mengeluhkan problem pertumbuhan tanaman yang sangat lambat, tanaman yang terlalu cepat layu meski sering disiram, media tanam yang mengeras meski sering didangir, dan sebagainya.
Jika hal ini ditanyakan ke nursery tempat orang biasanya memperoleh sarana untuk menanan dan berkebun, maka jawaban tiap nursery akan berbeda-beda, karena mereka mempunyai kebiasaan sendiri untuk memformulasi media tanam untuk tanaman yang mereka jual, di sisi lain komposisi media tanam tersebut tentu saja akan berbeda antara untuk tanaman yang dikoleksi sendiri dengan tanaman yang dipajang untuk dijual.
Media tanam untuk tanaman yang akan dijual biasanya dibuat seringan mungkin dengan mengurangi jumlah tanah dan memperbanyak proporsi bahan lainnya seperti sekam,cocopeat, cocofiber, cocoblock, kompos kasar dedaunan, serbuk arang, pecahan arang, serbuk kayu hasil gergajian, serta serasah tanaman (cincangan akar, ranting, dan daun). Tujuannya tentu saja adalah efisiensi untuk menekan biaya per satuan jumlah bibit serta memperingan bobot tanaman secara keseluruhan agar memudahkan dalam proses pengiriman ke tempat atau daerah yang jauh, bahkan pengiriman antar pulau.
Media tanam tabulampot sebaiknya harus dilihat dalam konteks bahwa media tanam harus bisa memberikan dukungan optimal bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman, sehingga pada akhirnya media tanam harus bisa memberikan dukungan secara fisik, kimia, maupun biologis. Dukungan fisik adalah kemampuan media tanam dalam memberikan ruang tumbuh optimal bagi akar, menyediakan proporsi pori makro bagi penyediaan air/lengas tanah serta proporsi pori makro bagi penyediaan oksigen untuk pernafasan akar. Keadaan ideal seperti ini hanya bisa terjadi jika dilakukan modifikasi terhadap struktur tanah. Struktur mampat pada tanah harus dimodifikasi agar struktur menjadi lebih remah (crumb), sementara struktur tanah lepas harus dimodifikasi juga agar menjadi lebih remah sehingga bisa “dipegang” oleh akar tanaman.
Secara kimiawi, media tanam juga harus memberikan dukungan dengan kemampuaannya menerima, mengikat dan melepaskan unsur hara alami yang dikandungnya maupun penambahan unsur hara yang diberikan dalam bentuk pupuk, baik organik maupun anorganik. Dan yang terakhir adalah dukungan biologis media tanam yang diwujudkan dalam bentuk tersedianya ruang tumbuh yang optimal bagi kehidupan mikrobia-mikrobia tanah untuk menjalankan aktifitas kehidupan dalam membongkar bahan atau senyawa organik di dalam media tanam. Hasil akhir dekomposisi bahan atau senyawa organik adalah berupa hara-hara yang sangat penting dan sangat dibutuhkan oleh tanaman untuk tumbuh dan berkembang dengan optimal.
Jika melihat ukuran pot yang terbatas, media tanam harus dibuat subur secara fisik, subur secara kimia dan tentu saja subur secara biologis agar keterbatasan volume dalam pot tersebut mampu memberikan dukungan optimal bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Ketiga kesuburan tersebut bisa diperoleh dengan memodifikasi media tanam dengan mencampurkan beberapa bahan dengan proporsi tertentu. Berdasarkan pengalaman, saya biasa membuat media tanam dengan 3 bahan utama, yakni tanah, pupuk kandang, dan sekam padi.
Di Indonesia yang beriklim tropis, variasi jenis tanah menjadi sangat banyak dengan kandungan fraksi tanah dan tingkat kesuburan yang berbeda. Fraksi penyusun tanah terdiri dari fraksi lempung yang bersifat liat (sehingga sering disebut sebagai tanah liat), fraksi debu yang mudah terdispersi oleh air, serta fraksi pasir pada tanah-tanah yang berdekatan dengan gunung berapi aktif. Kandungan fraksi lempung, fraksi debu, dan fraksi pasir pada setiap jenis tanah tentu saja berbeda-beda. Ada jenis tanah yang dominan berisi fraksi lempung (biasanya berwarna hitam, kehitaman, merah, merah kecoklatan), dominan berisi fraksi debu (berwarna coklat muda, coklat kekuningan), serta tanah dengan fraksi pasir yang dominan (berwarna hitam keabuan).
Dari beragam jenis tanah yang berbeda-beda kandungan fraksi penyusun tanahnya, ditemukan beberapa jenis tanah dengan komposisi lempung, debu, dan pasir yang seimbang. Tanah –tanah dengan komposisi seimbang ini relatif lebih mudah jika dijadikan campuran media tanam, namun ketersediaannya hanya terbatas di daerah-daerah tertentu saja. Yang paling mudah adalah menggunakan tanah setempat yang berasal dari daerah sekitar tempat tinggal kita. Sebagai panduan sederhana, gunakan panduan warna tanah yang ada di sekitar kita untuk melihat tingkat kesuburannya secara visual. Semakin tua warna tanah maka semakin tinggi tingkat kesuburan kimianya karena tanah-tanah tersebut tergolong tanah yang sudah mengalami perkembangan yang lanjut selama jutaan tahun, demikian pula sebaliknya.
Pupuk kandang sebagai komponen kedua bisa diperoleh dari kotoran ternak seperti sapi, kerbau, kuda, kambing, domba, maupun kelinci. Kotoran ternak unggas tidak direkomendasikan untuk digunakan sebagai komponen pencampuran karena sifatnya yang gampang sekali memadat dan membuat media tanam menjadi keras saat media tanam kekurangan air dalam waktu panjang. Kotoran dari ternak unggas hanya disarankan untuk diberikan sebagai penutup (topping) pada bagian atas media tanam, itupun dalam jumlah yang terbatas.
Gunakan pupuk kandang yang sudah terurai (matang) secara alami dari kandang ternak atau pupuk kandang yang sengaja difermentasikan (didekomposisikan) menggunakan mikrobia pengurai (decomposer) yang lazim dibuat oleh peternakan besar untuk memanfaatkan kotoran ternak sebagai hasil samping. Pupuk kandang yang matang secara alami (dalam jangka waktu relatif lama) maupun yang sengaja didekomposisikan (dalam jangka waktu singkat) mempunyai rasio Carbon/Nitrogen rendah, kurang dari 20, sementara kotoran ternak segar pada umumnya mempunyai rasio C/N lebih dari 40. Semakin tinggi rasio C/N, semakin berbahaya penggunaan pupuk kandang tersebut bagi tanaman karena pada kondisi tersebut, proses dekomposisi pupuk kandang masih berlangsung, Bakteri menguraikan carbon dari dalam pupuk kandang dengan mengambil nitrogen sebagai sumber energi utamanya.
Jika pupuk kandang masih segar atau setengah matang digunakan sebagai bahan pencampur media tanam, maka dalam proses dekomposisi yang masih berlangsung tersebut, bakteri pengurai akan menggunakan semua nitrogen yang terkandung dari dalam pupuk kandang, serta mengambil nitrogen dari sumber-sumber lainnya, yaitu dari campuran tanah di dalam media tanam. Sementara jika proses dekomposisi belum juga selesai, maka bakteri pengurai akan mengambil nitrogen dari dalam tanaman sehingga nitrogen akan keluar dari dalam sel-sel, dimulai dari sel-sel daun pada bagian ujung tanaman. Keluarnya nitrogen dari dalam sel ini disebut dengan istilah plasmolisis yang menimbulkan gejala seperti daun terbakar (burning) di bagian tepi menuju ke bagian tengah daun. Itu sebabnya, sebagian orang memberi istilah “pupuk panas” untuk menjelaskan fenomena tersebut.
Dalam kondisi parah, tanaman akan mengering dan mati total karena hampir semua sel-sel tanaman mengalami plasmolisis, sementara pada kondisi ringan hingga sedang, daun yang terbakar akan gugur, namun tanaman akan pulih dengan memunculkan tunas-tunas baru kembali, meski proses pemulihannya akan berlangsung cukup lama. Jika menggunakan pupuk kandang yang dibeli, pastikan bahwa pupuk kandang tersebut tidak berbau, berwarna coklat kehitaman, serta remah dengan kandungan kadar air yang cukup rendah. Jika pupuk tersebut dijual dalam kemasan plastik, pastikan bahwa di labelnya tertera angka rasio C/N kurang dari 20. Penggunaan pupuk kandang pada media tanam bertujuan untuk memperbaiki sifat fisik media tanam dengan mengubah struktur tanah berat menjadi lebih remah, sementara pada tanah-tanah ringan, pupuk kandang berfungsi untuk mengikat fraksi penyusun tanah yang mudah terpecah, menjadi bentuk dengan struktur yang lebih kuat.
Hasil dekomposisi pupuk kandang mampu memasok hampir semua unsur hara yang dibutuhkan oleh tanaman, dan pemberian pupuk kandang pada media tanam berarti memperkaya kandungan mikrobia yang bermanfaat pula bagi tanaman. Kandungan hara yang terkandung pada pupuk kandang bervariasi dari daerah dan waktu yang berbeda, jenis ternak serta ransum atau pakan yang dikonsumsi oleh ternak, namun perbedaan kandungan haranya kurang nyata, umumnya berada dalam kisaran yang hampir sama.
Komponen ketiga adalah sekam padi yang banyak sekali terdapat di seluruh penjuru tanah air, khususnya di sentra-sentra produksi padi. Sebagai bahan organik yang cukup lambat urai, sekam adalah pilihan terbaik sebagai salah satu komponen penyusun media tanam tabulampot, terlebih jika dikaitkan dengan ketersediaannya yang melimpah, harga yang relative sangat murah, dan penggunaannya dalam media tanam menyebabkan total berat media tanam menjadi lebih ringan sehingga selain berfungsi untuk menunjang pertumbuhan tananam, tabulampot juga menjadi lebih mudah dipindah-pindahkan sesuai dengan kebutuhan.
Penambahan sekam padi pada media tanam tabulampot lebih berujuan untuk memperbaiki porositas (kemampuan meneruskan air) sekaligus memodifikasi jumlah pori makro maupun pori mikro dalam media tanam. Modifikasi pori ini adalah wujud akhir dari kombinasi antara jenis tanah, jumlah pupuk kandang, serta jumlah sekam yang digunakan untuk membuat media tanam, semakin berat tanah yang digunakan maka semakin banyak jumlah sekam yang digunakan, demikian sebaliknya.
Sekam segar relatif lebih mudah didapatkan dibanding sekam bakar yang memerlukan pengolahan lebih lanjut. Hindari penggunaan sekam yang berasal dari pengolahan padi yang belum lama dipanen karena pada umumnya masih mengandung biji padi yang lolos dari proses penggilingan, dan jika sekam ini digunakan sebagai campuran media tanam akan memunculkan banyak tunas-tunas padi yang akan berkecambah beberapa hari setelah sekam digunakan. Selain itu, sekam baru ini umumnya masih mengandung banyak pecahan beras yang jika berada dalam kondisi basah di dalam media tanam akan menjadi substrat bagi pertumbuhan jamur.
Contoh sederhana adalah saat merobekpolybag tanaman yang hendak di-repotting, sering terlihat miselia jamur berwarna putih di bagian bawah atau samping media tanam yang diselubungi oleh akar. Pilih sekam yang berwarna agak kusam sebagai tanda bahwa sekam tersebut berasal dari proses penggilingan padi yang sudah lama. Jika sekam bakar tersedia dalam jumlah banyak, kombinasikan sekam segar dan sekam bakar sebagai bahan campuran, dan untuk mendukung estetika tabulampot, sekam bakar yang dicampur pupuk kandang halus dapat digunakan sebagi topping setebal 2-3 cm pada bagian atas media tanam.
Toppingtabulampot seperti ini akan terlihat lebih bagus dan rapi dibanding topping yang terbuat dari sekam segar. Namun terkadang ketersediaan sekam bakar relatif lebih sulit karena dibutuhkan proses tambahan untuk mengubah sekam segar menjadi sekam bakar, maka untuk topping dapat dibuat dengan menaburkan pupuk kandang halus secukupnya di bagian atas media tanam. Sekam bakar sendiri sebenarnya adalah arang sekam yang dibuat dari sekam segar dengan proses sederhana, Tidak ada keunggulan nyata jika membandingkan sekam bakar dengan sekam segar, selain keunggulan sterilitasnya yang lebih baik.